Kenali Pelajar Terbaik se-Indonesia yang Bernama Paskibraka

0

Besok, 17 Agustus 2017, segenap bangsa Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Kemeriahan hari sakral ini tidak hanya berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta tapi juga sampai ke segala pelosok nusantara.

Dalam upacara di Istana Merdeka yang dipimpin langsung oleh Presiden RI, momen pengibaran bendera Merah Putih oleh anggota Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) adalah sebuah “tontonan” yang selalu mengaduk-aduk perasaan.

Ada rasa bangga dan haru melihat mereka berbaris rapi dan tegap. Namun juga ada perasaan tegang menunggu detik-detik pengibaran bendera. “Moga-moga lancar,” begitu selalu bisik kita di dalam hati.

Dua hari sebelum hari H, Presiden Joko Widodo telah mengukuhkan 68 anggota Paskibraka yang akan bertugas pada upacara bendera peringatan Hari Kemerdekaan ke-72 RI di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2017. Pengukuhan dilakukan melalui upacara di Istana Negara, Jakarta, Selasa (15/8/2016).

Paskibraka adalah sebuah pusat gravitasi dalam setiap upacara Hari Kemerdekaan. Dimanapun, dari tingkat kota hingga nasional, anggota Paskibraka selalu menjadi panutan dan idola.

Logo Paskibraka.

Paskibraka memiliki tugas utama mengibarkan duplikat bendera pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Paskibraka bertugas di tingkat tingkatan kepemerintahan, yaitu tingkat kabupaten dan kota (pelaksanaan di kantor bupati atau walikota), tingkat provinsi (di kantor gubernur), dan nasional (di Istana Merdeka).

Tidak mudah menjadi anggota Paskibraka, yang namanya mulai digunakan sejak 1973 atas ide Idik Sulaeman.

Seleksi sangat ketat dilakukan sejak di daerah. Mereka berasal dari pelajar SLTA sederajat kelas 1 atau 2. Seleksi biasa dilakukan sekitar bulan April.

Berbagai aspek mulai dari psikologi hingga fisik, diteliti dengan baik oleh tim seleksi. Selain itu ada proses seleksi dari tingkat SMA, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Nasional.

Mereka yang ikut seleksi adalah siswa SMA kelas 1 dan naik ke kelas 2. Ketika masa karantina di Pusat Pemberdayaan Pemuda dan Olahraga Nasional (PPPON), Cibubur, Jakarta Timur, mereka telah duduk di bangku kelas 2.

Selama waktu seleksi sampai 16 Agustus, seorang anggota calon Paskibraka dinamakan Capaska atau Calon Paskibraka. Sementara pada saat penugasan 17 Agustus, mereka dinamakan Paskibraka, dan setelah 17 Agustus dinamakan Purna Paskibraka.

Gagasan Paskibraka lahir pada 1946, saat ibukota Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta. Memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-1, Presiden Soekarno memerintahkan salah satu ajudannya, Mayor (Laut) Husein Mutahar untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.

Husein Mutahar difoto dengan seragam Pramuka. Foto: via wikipedia

Pada saat itulah, di benak Mutahar terlintas ide pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air.

Karena ide itu tidak mungkin terlaksana, Mutahar hanya bisa menghadirkan lima pemuda (3 putra, 2 putri) dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila. Sejak itu, sampai 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama.

Ketika Ibukota dikembalikan ke Jakarta tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka pada setiap 17 Agustus di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai 1966. Selama periode itu, para pengibar bendera diambil dari para pelajar dan mahasiswa yang ada di Jakarta.

Tahun 1967, Husein Mutahar dipanggil Presiden Soeharto untuk menangani lagi pengibaran bendera pusaka. Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogya, ia mengembangkan formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya, yaitu Pasukan 17 Pengiring (pemandu), Pasukan 8 Pembawa Bendera (inti), dan Pasukan 45 Pengawal.

Jumlah ini merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945 (17-8-45).

Karena kondisi yang terbatas, Mutahar hanya melibatkan putra daerah yang ada di Jakarta dan anggota  Pramuka untuk melaksanakan tugas pengibaran bendera pusaka.

Rencana semula kelompok 45 (pengawal) dari para anggota Akabri tidak terlaksana. Usul lain menggunakan pasukan khusus ABRI (RPKAD, PGT, KKO, Brimob) juga tidak mudah.

Akhirnya diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (Paswalpres) yang mudah dihubungi karena bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta.

Barulah mulai 1968, petugas pengibar bendera pusaka para pemuda dari berbagai provinsi. Namun karena belum seluruh provinsi mengirimkan utusan, maka sisanya harus ditambal oleh bekas anggota pasukan tahun 1967.

Pada 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada gubernur seluruh Indonesia.

Bendera duplikat (terdiri dari 6 carik kain) mulai dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakarta. Bendera Pusaka hanya bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang dikibar atau diturunkan.

Idik Sulaeman pencetus nama Paskibraka. Foto: via wikipedia

Mulai 1969 itu, anggota pengibar bendera pusaka adalah para siswa SLTA se-Indonesia. Setiap provinsi diwakili sepasang remaja putra dan putri.

Istilah yang digunakan dari 1967 sampai 1972 adalah Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Baru sejak 1973, Idik Sulaeman melontarkan nama Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan Paskibraka.

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply