Yuk, Wisata Sejarah ke Bunker Berusia 70 Tahun di Yogya

0

Pantas kalau Yogyakarta disebut sebagai bumi kandung TNI AU. Karena di wilayah yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa ini terdapat begitu banyak peninggalan dan bukti-bukti sejarah terkait kelahiran TNI AU (dulu AURI).

Tentu bagi Anda yang tidak mempunyai waktu yang cukup saat berlibur di Yogyakarta, tidak harus mengelilingi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki luas 3.185,80 kilometer persegi untuk mencari tahu bukti sejarah itu. Cukup datang ke Lanud Adisutjipto, sebagian dari jawaban itu bisa diperoleh.

Pertama dan utama sekali, di Lanud yang dulunya dinamakan Belanda dengan Maguwo sesuai nama desa tempatnya berada Maguwoharjo, terdapat Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla).

KSAU mengecek langsung kondisi bunker logistik. Foto: beny adrian

Di Museum utama TNI AU ini terdapat begitu banyak koleksi pesawat yang pernah dioperasikan oleh TNI AU. Museum ini memang berada di dalam lingkungan Lanud yang dibangun Belanda tahun 1940 ini.

Baca Kolonel (Pur) PGO Noordraven, Bomber Indo yang Memilih Bergabung dengan AURI

Sedikit mengintip koleksi Muspusdirla, terdapat pembom strategis Tu-16 Badger, pesawat amfibi PBY-5A Catalina, pesawat A-4 Skyhawk, helikopter NAS-332 Super Puma, A6M5 Zero atau MiG-21 Fishbed.

Bagi Anda yang gandrung wisata sejarah, dijamin terpuaskan dengan datang ke Muspusdirla. Tiket murah dan toiletnya banyak serta bersih pula.

Baca Besar Jasanya, TNI AU Akan Muliakan Monumen Cureng Sebagai Bukti Perjuangan

Tapi ternyata di lingkungan Lanud Adisutjipto juga terdapat banyak peninggalan lainnya yang selama ini terabaikan. Usianya pasti sudah lebih 70 tahun.

Bentuknya bukan pesawat, tapi adalah bangunan yang konstruksinya masuk ke dalam perut bumi. Bukan gua tentunya, tapi bunker alias tempat persembunyian yang dibangun militer Belanda saat menduduki Indonesia.

Ruangannya lega, layaknya sebuah rumah. Tampak dalam bunker perlindungan. Foto: beny adrian

Jumlahnya cukup banyak dan tersebar di sejumlah titik di sekitar Lanud Adisutjipto.

Maka oleh KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang dikenal sangat memperhatikan sejarah, bunker-bunker inipun diperintahkan untuk “dihidupkan” kembali.

Letak bunker ini memang tidak jauh dari Muspusdirla. Jadi bagi Anda yang pernah datang ke Museum ini, mungkin bisa mengira-ngira posisinya.

Sedikit berbagi informasi posisi bunker-bunker ini, jika Anda keluar dari terminal Bandara Adisutjipto maka teruslah berjalan ke arah kiri menyusuri jalan ke arah kantor Lanud Adisutjipto.

Tapi mungkin bagi warga sipil tidak akan mudah menyusuri jalan ini mengingat komplek militer. Perlu janji atau perizinan dari pejabat Lanud Adisutjipto untuk mewujudkan niat Anda.

Dari situlah satu demi satu bunker-bunker ini akan Anda temui, yang berada di sisi kiri jalan yang tersambung ke apron atau landasan.

Oleh pihak Lanud Adisutjipto, posisi bunker-bunker ini ditandai dengan membangun pintu masuk yang dua di antaranya menyerupai mulut ikan hiu.

Ada beberapa jenis bunker peninggalan Belanda ini sesuai kegunaannya. Yaitu bunker pengintaian, bunker perlindungan, dan bunker logistik.

Bunker perlindungan lebih rendah, sehingga KSAU saat meninjau harus menunduk. Foto: beny adrian

Bunker pengintai relatif lebih kecil, karena memang digunakan untuk mengamati posisi musuh. Ketika mylesat.com masuk ke dalam bunker ini mengikuti peninjauan oleh KSAU Hadi Tjahjanto, ternyata hanya sebuah lubang yang memiliki panjang sekitar lima meter dengan kedalaman hampir 3 meter.

Jika Anda turun ke dalamnya, lalu berbelok ke kanan untuk berjalan sekitar 3-4 meter dan kemudian keluar di pintu satunya lagi. Jadi hanya memang untuk mengintai, sehingga tidak ada ruangan di dalamnya.

Sedikit lebih besar dan luas, adalah bunker perlindungan. Ketika masuk ke dalamnya, terdapat beberapa ruangan. Hanya saja kontruksi bunker ini lebih rendah sehingga Anda harus berhati-hati agar jangan sampai kepala Anda membentur dindingnya.

Terus lagi berjalan melewati Muspusdirla, Anda akan sampai ke sebuah bunker terbesar peninggalan Belanda di kawasan Lanud Adisutjipto. Sebagai penanda agar tidak nyasar, posisinya berada di samping lapangan bola.

Karena ukurannya yang besar dan luas, diyakin bahwa “gua” ini adalah bunker logistik.

Bunker ini baru saja dibongkar dan dibersihkan agar bisa direnovasi. Dengan panjang sekitar 30 meter, di dalamnya terdapat beberapa ruangan layaknya sebuah rumah.

KSAU pun mengajak tim renovasi bunker untuk berfoto bersama. Foto bersama ini menjadi kebiasaan Hadi setiap kali menjumpai anggotanya yang tengah mengerjakan proyek terkait publikasi TNI AU kepada publik.

Hal serupa dilakukannya juga beberapa waktu yang lalu saat meninjau restorasi pesawat Cureng.

Baca Demi Jasmerah, KSAU Kembali Cek Restorasi Cureng

Mylesat.com yakin bunker ini lebih dalam. Buktinya begitu masuk langsung disambut udara dingin. Lorong-lorongnya juga lebih besar, karena bisa dilewati dua pria dewasa yang berjalan saling berlawanan.

Gerbang masuk bunker logistik, bunker terbesar yang diketahui selama ini. Foto: beny adrian

“Pertama sekali kami akan melindungi bunker-bunker ini sebagai peninggalan sejarah, baru kemudian memikirkan untuk dijadikan tempat wisata, sebagai paket lanjutan dari tur ke museum (Muspusdirla). Dengan peninggalan ini kami bisa menyampaikan kepada masyarakat bahwa sejarah perjuangan kita khususnya Angkatan Udara diawali dari Yogyakarta, dengan bukti peninggalan-peninggalan ini,” beber Marsekal Hadi Tjahjanto.

Hadi menyadari bahwa di pangkalan TNI AU lainnya juga terdapat peninggalan seperti bunker. Hadi menyebutkan seperti di Malang, Kalijati, dan El Tari di Kupang. “Ada memang, tapi tidak sebesar yang di Yogya,” jelas Hadi.

Ditegaskan KSAU, menjaga peninggalan dan bukti sejarah di  Lanud Adisutjipto ini adalah bagian dari upaya TNI AU untuk meneguhkan betapa pentingnya peran Yogyakarta dalam sejarah kelahiran TNI AU.

“Terkait dengan Yogya sebagai tempat kelahiran Angkatan Udara, dari sini TNI AU berawal, jadi Yogyakarta itu sangat bersejarah,” ujar Hadi lagi.

Setelah selesai dipugar, Hadi berharap bunker-bunker ini bisa dibuka untuk umum sehingga wisata sejarah di Lanud Adisutjipto akan semakin lengkap dan bernilai.

“Saya sudah kasih pengarahan kepada komandan lanud, nanti warga akan kita beri akses untuk melihatnya,” kata Hadi.

Jadi jika kelak bunker ini sudah dibuka untuk umum, pastikan Anda tidak melewatkannya. Yuk…..

 

Teks: beny adrian

Share.

About Author

Being a journalist since 1996 specifically in the field of aviation and military

Leave A Reply